Probolinggo - Menghadapi ancaman perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengambil langkah strategis melalui pembangunan struktur bronjong geotekstil di sejumlah titik rawan longsor di Kabupaten Probolinggo.
Proyek ini menyerap anggaran hingga Rp9 miliar dari APBD 2025, dan diposisikan sebagai investasi jangka panjang dalam membangun ketahanan wilayah terhadap banjir dan abrasi.
Bronjong tidak hanya sekadar tumpukan batu dalam kawat, tapi bagian dari sistem perlindungan ekosistem sungai dan infrastruktur penting masyarakat. Salah satu kawasan prioritas adalah aliran Sungai Kedunggaleng yang mengancam bangunan sekolah, jalan desa, dan sawah produktif.
“Pembangunan ini adalah bentuk antisipasi jangka panjang. Bukan menunggu bencana terjadi, tapi mencegah dampaknya sejak dini,” kata Kepala Dinas PU SDA Jatim, Baju Trihaksoro, Minggu (22/6/2025).
Struktur yang dibangun meliputi 367 meter panjang tebing di delapan titik kritis dengan tinggi mencapai 7–8 meter, diperkuat lapisan geotekstil untuk mencegah longsor saat curah hujan tinggi.
Langkah ini sekaligus merespons kejadian tragis pada Februari lalu ketika ruang kelas di SDN Kalibuntu I ambles ke sungai karena tebing runtuh akibat erosi.
Selain menyelamatkan fasilitas pendidikan, proyek ini juga akan melindungi ratusan hektare sawah produktif yang kerap gagal panen karena terendam air sungai.
Tak hanya berdampak fisik, proyek ini memiliki nilai sosial dan ekonomi tinggi. Masyarakat merasa lebih aman, petani bisa kembali menanam, dan anak-anak bisa belajar tanpa rasa was-was.
Dengan waktu pengerjaan 75 hari, proyek ini dikerjakan oleh rekanan resmi Dinas PU SDA. Ke depan, model pembangunan preventif seperti ini diharapkan bisa diterapkan di kabupaten/kota lain di Jawa Timur yang rawan bencana alam.