Probolinggo – Sejumlah petani di Desa Bago, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, mengeluhkan tingginya harga pupuk subsidi yang mereka beli dalam beberapa waktu terakhir. Keluhan ini mengemuka setelah beberapa warga menunjukkan bukti nota pembelian pupuk subsidi dengan harga mencapai Rp315.000 per kuintal, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
“Ini pupuk subsidi, tapi saya beli Rp315 ribu per kuintal. Padahal setahu saya HET-nya nggak sampai segitu,” ujar salah satu petani kepada tim PortalProbolinggo.com, sambil menunjukkan nota pembelian.
Sebagai informasi, berdasarkan aturan Kementerian Pertanian, HET pupuk subsidi jenis Urea adalah Rp112.500 per kuintal, dan untuk NPK sebesar Rp120.000 per kuintal. Harga tersebut sudah termasuk biaya distribusi resmi hingga tingkat kios.
Menanggapi laporan tersebut, redaksi PortalProbolinggo.com melakukan konfirmasi kepada salah satu pemilik kios pupuk yang disebut warga, namun identitasnya kami samarkan untuk menjaga etika jurnalistik.
Melalui pesan WhatsApp, pemilik kios menyatakan bahwa mereka tetap menjual pupuk sesuai HET, namun mengakui adanya tambahan ongkos kirim bagi petani yang meminta pupuk diantar ke rumah atau lahan.
“Kami tidak jual di atas HET. Kalau ada tambahan, itu karena permintaan petani yang minta pupuknya dikirim. Ongkos kirim bukan bagian dari harga pokok,” tulisnya dalam balasan singkat.
Meski demikian, beberapa warga menyatakan bahwa harga tinggi tetap diberlakukan meskipun mereka mengambil pupuk langsung ke kios, tanpa pengantaran. Hal ini memunculkan tanda tanya mengenai transparansi harga dan mekanisme penjualan pupuk bersubsidi di tingkat pengecer.
Jika praktik ini terbukti melanggar, maka dapat dikenai sanksi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022, serta berpotensi melanggar UU Perlindungan Konsumen dan UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo dan Satgas Pangan diharapkan segera melakukan pengecekan di lapangan dan menertibkan distribusi pupuk subsidi agar tidak membebani petani.
Pewarta : Nurul Islam
Editor : Pricillia Mambo